Bahaya Sampah Sedotan Plastik terhadap Lingkungan: Studi Kasus Penggunaan Sedotan Plastik di Sekitar UNNES

Walah Unnes
5 min readFeb 28, 2021

--

Oleh: Fitri Daeni, Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM UNNES 2021

Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan biofisik. Masalah lingkungan tentunya akan berakibat terhadap kerusakan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu permasalahan lingkungan yang masih dihadapi hingga saat ini adalah permasalahan sampah. Sampah merupakan hasil sisa kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-sehari. Di Indonesia, sampah yang paling banyak ditemui adalah sampah plastik yang terdiri atas bekas kantong plastik, bekas kemasan produk makanan, sedotan plastik, dan masih banyak lagi.

Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam menghasilkan sampah sedotan plastik (Santo, 2019). Hal ini menjadi masalah yang serius karena sampah yang dihasilkan melalui sedotan plastik sulit untuk didaur ulang (Asroni et al., 2018) sehingga sangat mencemari lingkungan dan merusak ekosistem terutama laut. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia merupakan negara terbanyak kedua penyumbang sampah plastik di dunia setelah Tiongkok (Siregar, 2019). Perkiraan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya juga mencapai 93,244,847 batang (Rohmah et al., 2019).

12 Maret 2019 dijadikan Muhammad Nuh (Menteri Pendidikan pada saat itu) sebagai hari deklarasi UNNES sebagai Universitas Konservasi Hal ini berarti dalam pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat UNNES harus memiliki konsep yang mengacu pada prinsip-prinsip konservasi (perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari ) baik konservasi terhadap sumber daya alam, seni dan budaya. Setidaknya ada 7 pilar konservasi yaitu: keanekaragaman hayati, energi bersih, bangunan hijau & transportasi internal, nirkertas/efisiensi, pengolahan limbah, etika, seni dan budaya, dan kader konservasi (Ikayanti, 2015).

Dengan citra sebagai kampus konservasi apakah lingkungan UNNES juga menerapkan sikap konservasi terhadap kehidupan sehari-hari? Terutama pada permasalahan sedotan plastik yang akan berujung sebagai sampah plastik sehingga menjadi permasalahan lingkungan didunia terutama Indonesia. Melalui riset dengan skala kecil, kami mengupas info lebih lanjut mengenai penggunaan sedotan plastik di lingkungan sekitar UNNES sebagai bahan evaluasi apakah dengan adanya UNNES sebagai Universitas Konservasi akan berdampak pada kehidupan masyarakat sekitar terutama di kalangan mahasiswanya.

Riset yang kami lakukan melalui wawancara singkat dan pengamatan secara langsung dengan beberapa rumah makan, burjo, dan stand minuman yang ada di sekitar UNNES. Menjadi suatu hal yang lumrah apabila sebuah lingkungan kampus banyak terdapat tempat makan, tempat nongkrong, cafe bahkan toko kelontong di sepanjang jalannya. Hal tersebut tentunya untuk menunjang kehidupan mahasiswa dan menjadi mata pencaharian warga sekitar, sama halnya seperti UNNES. hal yang sudah dijelaskan tersebut tentu terjadi pula di sekitar UNNES.

Riset ini berawal dari gerbang depan UNNES sekitar Sekaran dan berakhir di daerah sekitar Patemon. Adapun beberapa rumah makan dan burjo yang kami ambil datanya antara lain sebagai berikut, Burjo Asep 5 (melalui wawancara), Burjo BMS depan lapangan Banaran (melalui wawancara), Warteg Bu Dewi (melalui wawancara), Bursky (melalui wawanncara), Burjo Boim (melalui wawancara), Ayam Geprek Sambal Brewok (melalui pengamatan), Homie Geprek (melalui pengamatan), Dapur Gboy (melalui wawancara), Burjo Laskar 2 (melalui pengamatan) dan Stand minuman di sepanjang jalan Sekaran, Banaran, dan Patemon (melalui pengamatan).

Data hasil riset secara keseluruhan terbagi menjadi dua yaitu data melalui pengamatan dan data melalui wawancara. Adapun data melalui pengamatan adalah sebagai berikut, Ayam Geprek Sambal Brewok, Homie Geprek, Burjo Laskar 2 serta Stand minuman di sepanjang jalan sekaran, banaran dan patemon masih menggunakan sedotan plastik. Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan UNNES sebagai Universitas Konservasi. banyak hal yang mungkin mendasari hal tersebut terjadi, salah satunya adalah kurangnya pemahaman atas permasalahan sampah sedotan plastik yang berbahaya terhadap lingkungan.

Data hasil riset melalui wawancara menunjukan seluruhnya menggunakan sedotan plastik. Meskipun terdapat beberapa perbedaan data ternyata terdapat satu kesamaan di antara semuanya. Hal tersebut adalah, penggunaan sedotan plastik memang sudah disediakan oleh atasan (bos/ pemilik tempat makan) sehingga adanya sedotan secara tidak langsung yang bertanggung jawab adalah atasan dari tempat makan tersebut. Terdapat dua data yang kami cari tahu melalui riset, di antaranya: “Apakah tempat makan tersebut mengetahui bahaya sedotan plastik?” dan “Setelah sedotan plastik selesai digunakan oleh pembeli sampahnya akan dibawa ke mana?

Adapun data melalui wawancara adalah sebagai berikut, Burjo Asep 5: tidak mengetahui bahaya sedotan plastik dan sampah sedotan plastik langsung dibuang, Burjo BMS depan lapangan Banaran: tidak mengetahui bahaya sedotan plastik dan sampah sedotan plastik diminta oleh pihak ke-3, Warteg Bu Dewi : tidak mengetahui sampah sedotan plastik dan sampah sedotan plastik langsung dibuang, Bursky : mengetahui bahaya sedotan plastik dan sampah sedotan plastik langsung dibuang, Burjo Boim : tidak mengetahui bahaya sedotan plastik dan sampah sedotan plastik langsung dibuang, serta yang terakhir Dapur Gboy: tidak mengetahui bahaya sedotan plastik dan sampah sedotan plastik langsung dibuang.

Dari hasil riset secara keseluruhan banyak yang belum mengetahui bahaya sedotan plastik. Bukan hanya kecil, tetapi juga murah menjadi sebuah alasan atas banyaknya pemikiran masyarakat yang tidak menyadari bahaya dibalik hal kecil tersebut. Pada riset yang telah dilakukan terdapat satu fakta unik, salah satu tempat makan yaitu Bursky mengetahui bahaya dari sedotan plastik, tetapi sayangnya kembali ke persoalan awal: penggunaan sedotan plastik merupakan tuntutan pekerjaan. Selain itu, banyak kalangan pembeli terutama mahasiswa UNNES yang ternyata meminta sedotan plastik jika tidak disediakan sedotan plastik.

Mahasiswa yang meminta sedotan plastik saat minum di tempat makan menimbulkan pertanyaan, apakah mereka sebagai generasi muda yang berkuliah di kampus konservasi tidak mengetahui bahaya sedotan plastik atau justru karna faktor kenyamanan? Hal ini menjadi sangat miris apabila justru mahasiswalah yang sejatinya tidak mengetahui bahaya dari sedotan plastik tersebut. Sedotan plastik yang meskipun berukuran kecil ternyata memiliki bahaya yang besar. Sudah saatnya sedotan plastik mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan plastik sekali pakai yang lain.

Pada tahun 2018 lalu marak adanya gerakan #NoStrawMovement. Namun, meski demikian sadar masyarakat terhadap sedotan plastik, motivasi dan pergerakan dalam mengurangi sedotan plastik tidaklah signifikan. Hal ini dikarenakan kenyamanan, gaya hidup dan kebiasaan. Semakin dewasa seseorang semakin sulit untuk mengubah kebiasaan. Selain itu, karena ukuran nya yang relatif kecil, orang-orang yang berpikiran sama, bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang berbahaya jika hanya ia seorang yang menggunakan ataupun merasa tidak ada pengaruhnya jika ia pakai sedotan ataupun tidak, semakin sulit untuk melepas kebiasaan ini.

Dalam riset dengan skala kecil ini, dapat diambil simpulan bahwa penggunaan sedotan plastik di sekitar UNNES yang menjadi salah satu permasalahan sampah global di dunia terutama Indonesia masih banyak yang belum mengetahui bahayanya. Selain belum adanya edukasi secara spesifik untuk sedotan plastik, tuntutan pekerjaanlah yang menjadi faktor lain sedotan plastik ini tetap digunakan. UNNES sebagai Universitas konservasi ternyata belum memberi positive impact terhadap masyarakat sekitar terutama mahasiswa dalam pemahaman sedotan plastik yang berbahaya.

Referensi

Asroni, M., Djiwo, S., & Setyawan, E. Y. (2018). Pengaruh Model Pisau Pada Mesin Sampah Botol Plastik. JURNAL APLIKASI DAN INOVASI IPTEKS” SOLIDITAS”(J-SOLID), 1(1).

Rohmah, DUM, Windarwati, S., & Luketsi, WP (2019). Pengaruh Penambahan Caragenan Dan Sorbitol Terhadap Strong Edible Straw Dari Subgrade Pineapple. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 3 (2), 70–77.

Santo, S. (2019). Pengaruh dari Environmental Attitude, Environmental Concern dan Environmental Knowledge terhadap Purchase Intention pada Botol Minuman Ramah Lingkungan (Doctoral dissertation, Universitas Internasional Batam).

Siregar, R. (2019). Korelasi Besar Temperatur Pemanasan Cetakan terhadap Kualitas Hasil Press Paving Block Berbahan Dasar Sampah Plastik. FLYWHEEL: Jurnal Teknik Mesin Untirta, 41–45.

Ikayanti. 2015. UNNES Sebagai Universitas Konservasi. Retrieved from http://blog.unnes.ac.id/ikhaichul (di akses 24 Februari 2021)

--

--

Walah Unnes
Walah Unnes

Written by Walah Unnes

Media Informasi Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM UNNES 2022

No responses yet