Deforestasi Yang Tetap Berlanjut di Balik Kelangkaan Minyak Goreng

Walah Unnes
4 min readApr 26, 2022

--

Oleh Nathanael Christoper Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM UNNES 2022

Minyak goreng merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Berdasarkan IHK (Indeks Harga Konsumen) Indonesia, minyak goreng memiliki kontribusi yang besar. Hal tersebut dapat disebutkan karena minyak goreng merupakan salah satu barang yang dikonsumsi masyarakat setiap harinya. Gorengan merupakan menu wajib makan maupun ngemil bagi orang Indonesia. Tanpa gorengan setiap hari rasanya nafsu makan turun, meskipun sudah banyak ahli gizi dan dokter yang menganjurkan untuk mengurangi porsi makan gorengan karena tidak sehat. Apalagi jika digoreng menggunakan minyak bekas yang sudah berkali-kali digunakan atau minyak curah. Tua muda, kaya miskin, semua suka gorengan. Jadi Ketika minyak goreng langka, terjadi kehebohan dahsyat di mana pemerintah tidak dapat mengatasinya.

Kelangkaan minyak goreng yang terjadi sampai hari ini disebabkan karena ada kenaikan dari sisi permintaan (demand) serta penurunan dari sisi penawaran (supply). Beberapa faktor berikut menjadi penyebabkan penurunan supply, utamanya produsen mengalami penurunan dalam memasarkan minyak goreng di dalam negeri. CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak diminati oleh masyarakat dunia. Saat ini harga CPO di pasar dunia sedang mengalami kenaikan harga. Kenaikan itu dari 1100 dolar AS menjadi 1340 dollar. Akibat kenaikan CPO, produsen minyak goreng lebih memilih menjual minyak goreng ke luar negeri dibandingkan ke dalam negeri.

Produsen Minyak Sawit akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila menjual minyaknya ke luar negeri.

Sawit memang menggiurkan untuk dijual ke luar negeri. Produk sawit dan turunannya merupakan komoditas penghasil devisa ekspor terbesar. Pada 2019, nilai ekspornya di luar produk oleh kimia dan biodiesel mencapai USD1,57 miliar atau setara Rp220 triliun. Angka ini melampaui nilai ekspor dari sektor migas maupun sektor nonmigas lain.

Dibalik keuntungan ekonomi sampai menyebabkan kelangkaan minyak goreng yang terjadi, kelapa sawit juga menyebabkan kelangkaan hutan di republik ini. Meskipun bukan satu-satunya, Kelapa sawit turut berkontribusi dalam deforestasi yang terjadi di Indonesia, hilangnya tutupan hutan, berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (dari konversi hutan), berkurangnya biodiversitas, hilangnya habitat spesies langka, berkurangnya spesies langka. Perluasan Kebun sawit dan hasil hutan menjadi penyebab hilangnya 14.000 orang utan borneo.

Perkebunan Sawit Menghasilkan Devisa yang tinggi bagi negara namun menghasilkan Konversi Hutan yang Tinggi Pula

Indonesia telah mengalami salah satu tingkat kehilangan hutan alam primer tertinggi di daerah tropis dalam beberapa tahun terakhir. Hilangnya hutan ini yang menyerap serta menyimpan sejumlah besar karbon dioksida yang menghangatkan iklim, menyediakan habitat bagi ribuan spesies, dan membantu mengendalikan erosi.

Gambar 1. Perkebunan sawit yang bersandingan dengan hutan hujan di Sumatera

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat, 3,4 juta hektar sawit illegal dalam kawasan hutan. Perubahan bentang hutan menjadi perkebunan monokultur sawit dalam skala besar ini menyebabkan fungsi hutan sebagai penata air hilang. Banjir dan longsor makin sering melanda kala musim penghujan. Saat kemarau, krisis air bersih juga terjadi dimana-mana. Selain itu, kebakaran hutan maupun lahan terus terjadi setiap tahun. Sejak 2016–2021, seluas 3,4 juta hutan dan lahan gambut terbakar. Kebakaran hutan ini berada di konsesi-konsesi perizinan kehutanan maupun perkebunan sawit perusahaan. Sangat besar kerugian dampak kebakaran ini harus ditanggung rakyat dan negara.

Gambar 2. Pembakaran hutan untuk dibuka menjadi perkebunan sawit

Bukan hanya kerugian material, hal ini juga menyebabkan kerugian non material seperti penyakit asma, anak-anak tidak bisa bersekolah maupun bermain, serta ingatan buruk lain mengenai suramnya keseharian dampak asap kebakaran hutan. Asap ini bahkan merugikan dan mengganggu warga negara lain, seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini tentu memalukan bagi negara kita. Cukup dikhawatirkan seiring meningkatknya kebutuhan sawit untuk industri yang dapat menyebabkan konsumsi maka laju deforestasi. Hal itu memicu pembakaran hutan yang akan meningkat dan sulit dikendalikan apabila pemerintah kita khususnya Kementrian Lingkungan Hidup membiarkan hal ini begitu saja.

Lantas, adakah jalan tengah supaya industri sawit ini tetap bisa berjalan serta dapat terus bermanfaat bagi banyak orang tanpa meningkatkan laju deforestasi? Ya bagaimana ya, jika kelapa sawit terus dieksploitasi oleh kapitalis maka kerusakan akan terus terjadi dan deforestasi menjadi hal yang pasti.

Referensi:

Arief, Andi M. 2022. DMO CPO Melimpah, Produsen Ungkap Penyebab Kelangkaan Minyak Goreng. https://katadata.co.id/yuliawati/berita/622b2e1f78aec/dmo-cpo-melimpahprodusen-ungkap-penyebab-kelangkaan-minyak-goreng. (Diakses Pada 18 April 2022, Pukul 23.17 WIB)

Kehati, Yayasan. 2019. Tumpang Tindih Lahan Sawit di Kawasan Hutan Sebesar 3,4 Juta Hektar. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/21/tumpang-tindih-lahansawit-di-kawasan-hutan-sebesar-34-juta-hektar. (Diakses Pada 18 April 2022, Pukul 20.10 WIB)

Putri, Aditya Widya. 2020. Cukupkah Sawit Berkelanjutan Memperlambat Laju Deforestasi? https://tirto.id/f6Fn. (Diakses Pada 18 April 2022, Pukul 22.08 WIB).

Sucahyo, Nurhadi. 2021. Habis Hutan di Barat, Deforestasi Merambah Indonesia Bagian Timur https://www.voaindonesia.com/a/habis-hutan-di-barat-deforestasi-merambah-indonesiabagian-timur/5774162.html. (Diakses Pada 17 April 2022, Pukul 23.15 WIB)

--

--

Walah Unnes
Walah Unnes

Written by Walah Unnes

Media Informasi Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM UNNES 2022

No responses yet