Menyoal Krisis Air dan Banjir: UNNES Kampus Konservasi atau Dunia Fantasi?

Walah Unnes
4 min readMar 25, 2021

--

Oleh Rizki Riyansyah, Wakil Menteri Lingkungan Hidup BEM KM UNNES 2021

Tugu Konservasi (unnes.ac.id)

Universitas Negeri Semarang memiliki luas resapan air kurang lebih 1.444.251 m2, terletak di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Dan yang lebih penting, kampus UNNES ini merupakan daerah resapan air yang berfungsi untuk menjaga siklus hidrologi dan penyedia air bagi kehidupan daerah Kota Semarang di dataran yang lebih rendah, yang dulunya hutan belantara sekarang menjadi pusat Universitas Negeri Semarang. Sudjiono, eks-Rektor UNNES pernah berkata, “fungsi ini harus dijaga agar tidak terjadi bencana, krisis air dan banjir.”

Herannya, fungsi ini tidak terjaga begitu lama. Pada September 2018, warga Sekaran Kecamatan Gunungpati berjuang untuk mencari sumber air. Hal ini dikarenakan air sendang di daerah Sekaran tercemar dan menyusut. Penyebab air sendang tercemar dan menyusut diakibatkan oleh perluasan pembangunan di wilayah Gunungpati. Tertera dalam ekuatorial.com, warga bernama said mengatakan bahwa air Sendang Kali Bendo jernih dan melimpah, dengan kedalaman lima meter, bahkan bisa meluap ke bibir sendang dan mengalir ke sumber air yang lebih kecil, sebelum tahun 2000. Pada awal tahun 2000, pohon beringin ditebang dan berakibat kedalaman air yang kian menysust, dari lima meter menjadi sekitar dua meter. Tercatat dalam artikel Linikampus.com pada tahun 2015, bahwasannya kemarau panjang terjadi pada tahun 1985, 1990, dan 2015. Kemarau panjang tersebut berlangsung sejak bulan Agustus sampai Oktober.

Pada 3 Desember 2018, tertera dalam tribunnews.com, hujan deras melanda Kota Semarang. BPBD dan aparat lain masih melakukan penanganan dan pendataan. Terdapat video fenomena banjir di Semarang, salah satunya yang ditulis Sutopo Nugroho dalam beberapa video, yang memperlihatkan adu kekuatan mobil dengan arus banjir di depan kampus Unnes Semarang. Lain kali, Unnes harus memperhatikan saluran air saat hendak membangun jalan. Banyak kota memiliku jalan tanpa drainase. Maka, saat hujan deras, jalan berubah jadi penampung air dadakan. Habis banjir, jalan pasti rusak.

Usaha Warga Mengatasi krisis air dan banjir

Adanya krisis air ini tentunya membuat warga harus mencari sumber mata air yang dapat memenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mulai membuat sumur galian di sekitar halaman rumah, namun sungguh ironi sumur galian tentunya bukanlah solusi yang efektif untuk krisis air ini. Semakin lama volume air berkurang terkhusus pada musim kemarau dan untuk kualitas air juga tidak bagus wujud air berwarna kuning keruh seperti ada karatnya.

Sedangkan untuk banjir yang disebabkan oleh drainase yang kurang memadai, upaya dari warga sendiri belum menemukan solusi yang tepat. Upaya dari warga cuma bersifat reaksioner, saat banjir terjadi, mereka langsung membersihkan selokan agar tidak tersumbat dan banjir dapat diatasi.

Sikap UPT Konservasi

Dengan adanya kasus krisis air dan banjir yang terjadi di Sekaran Gunungpati, pihak konservasi unnes tetap bertanggung jawab. Yang mana disampaikan oleh Prof. Amin Retnoningsih (Kepala UPT Konservasi) dalam artikel ekuatorial beliau mengatakan, butuh upaya terus-menerus dan waktu untuk memperbaikinya termasuk mengembalikan sumber-sumber mata air dan mengatasi persoalan krisis air. Upaya yang direncanakan yakni adanya embung yang berkapasitas lima ribu meter kubik yang berfungsi untuk menampung air hujan dan air limpasan, rumah kebun unnes seluas 2,2 hektar yang ditanami 100 jenis pohon, sumur resapan, biopori dan penanaman pohon didalam area kampus.

Sikap BEM KM UNNES

Suroso, Dosen Geografi, menyebutkan bahwa penyebab kekeringan ditinjau dari aspek geografi, struktur tanah sekitar wilayah Unnes merupakan jenis tanah peresapan air, namun bangunan yang membludak menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Adanya pembangunan kos-kos dan gedung-gedung. Faktor ini lah yang menyebabkan adanya bencana alam yaitu krisis air dan banjir. Pada kasus ini warga unnes tentunya belum mendapatkan solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan ini adapun rencana oleh upt konservasi kini hanya menjadi mimpi yang tidak pasti, bahkan menjadi boomerang bagi kampus konservasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan air irigasi adalah dengan pembangunan tampungan air berupa waduk dan embung serta penghematan air untuk semua pengguna air (Hatmoko, Radhika, Firmansyah & Fatoni, 2018) , sangat jelas sekali seharusnya embung berfungsi sebagai sumber irigasi air untuk semua pengguna air akan tetapi kenyataanya embung unnes hanya dijadikan Hiasan, tempat rekreasi dan Latihan Rafting oleh MAHAPALA. Tidak hanya itu lambat laun satu persatu pepohonan di kampus unnes pun mulai menghilang dan minimnya sumber resapan, hal ini terbukti dengan adanya pembangunan gedung di samping mushola rectorat. Dan kurang bertanggung jawabnya UNNES soal pembangunan, yang dibuktikan dengan kurang memadainya drainase di wilayah kampus unnes seperti depan parkiran FMIPA dan tikungan dengan soda ocean. Dengan begitu, usaha UNNES untuk menjadi kampus konservasi sangat minim sekali.

Maka, kami, Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM UNNES 2021 mendesak :

1. UNNES harus memfungsikan embung sebagai penampung air guna meningkatkan ketahanan air dan irigasi warga UNNES

2. Membangun drainase atau sumur resapan di area cekung (misalnya depan parkiran FMIPA) diperbanyak.

Referensi

Afifah, Silviana. 2021. Linikampus.com. Sebelas Tahun Unnes Konservasi: Realitas Sosial dan Harapan. https://linikampus.com/2021/03/14/sebelas-tahun-unnes- konservasi-realitas-sosial-dan-harapan/ (diakses pada 21 Maret 2021).

Arnee, nori. 2018. Ekuatorial.com. dari sendang ke sumur arsetis, perjuangan gunung pati mencari sumber air. https://www.ekuatorial.com/id/dari-sendang-ke-sumur- artesis-perjuangan-gunungpati-mencari-sumber-air/#!/map=4847 (diakses pada 21 Marret 2021)

Safrel, Ispen. 2010. Peran informasi geo-spasial untuk menunjang konsep kampus konservasi di universitas Negeri Semarang (UNNES). Jurnal Kompetensi Teknik. Vol.2, №1

Ginting, segel., Rahmadani d., &Indarta, Abid. 2018. Optimasi pemanfatan air embung kasih untuk domestik dan irigasi tetes. Jurnal Irigasi. Vol 13, №1.

Umar, Agus. 2018. TribunNews.com. Banjir Hebat Melanda Semarang Hari Ini. https://m.tribunnews.com/section/2018/12/03/banjir-hebat-melanda-semarang-hari- ini-video-detik-detik-tenda-roboh-dan-atap-jebol (diakses pada 22 Maret 2021)

--

--

Walah Unnes
Walah Unnes

Written by Walah Unnes

Media Informasi Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM UNNES 2022

No responses yet