Tabir Surya Musuh Terumbu Karang

Walah Unnes
5 min readMay 22, 2021

--

Oleh: Ilmi Maulina Dewi dan Shahnas Millenia Safitri, Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM 2021

Ilustrasi Keberadaan Wadah Tabir Surya di Sekitar Laut (beritagar)

Karang (coral) merupakan sekelompok hewan tak bertulang belakang dari ordo Scleractinia dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria, yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Sementara itu, terumbu (reef) adalah batuan sedimen kapur di laut yang dapat berasal dari karang dan alga. Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22ºC), memiliki kadar CaCO3 (kalsium karbonat) yang tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras.

Terumbu karang merupakan rumah bagi ribuan spesies biota laut. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Karang sekilas terlihat seperti tumbuhan, namun sebenarnya karang merupakan koloni ribuan hewan kecil yang disebut polip. Tekstur polip-polip ini lunak berkerangka keras dari batu kapur dan menempel pada batuan atau kerangka polip yang mati. Jadi, sebenarnya terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan zooxanthellae, organisme mirip tumbuhan. Zooxanthellae adalah alga yang bersimbiosis pada hewan, seperti karang, anemone, moluska, dan lainnya.

Karang dan alga memiliki hubungan mutualistik. Karang menyediakan lingkungan yang dilindungi dan senyawa yang dibutuhkan alga untuk berfotosintesis. Sebagai gantinya, alga menghasilkan oksigen dan membantu karang membuang limbah. Yang terpenting, zooxanthellae memasok karang dengan glukosa, gliserol, dan asam amino, yang merupakan produk fotosintesis. Karang menggunakan produk ini untuk membuat protein, lemak, dan karbohidrat, serta menghasilkan kalsium karbonat. Hubungan antara alga dan polip karang memfasilitasi daur ulang nutrisi yang ketat di perairan tropis yang miskin nutrisi. Faktanya, sebanyak 90 persen bahan organik yang secara fotosintesis diproduksi oleh zooxanthellae dipindahkan ke jaringan karang inang. Hal ini yang menjadi penggerak di balik pertumbuhan dan produktivitas terumbu karang.

Selain menyediakan nutrisi penting bagi karang, zooxanthellae bertanggung jawab atas warna unik dan indah dari banyak karang berbatu. Kadang-kadang, ketika karang menjadi stres secara fisik, polip mengeluarkan sel-sel alga mereka dan koloni menjadi putih pucat. Ini biasanya disebut sebagai “pemutihan karang”. Jika polip bertahan terlalu lama tanpa zooxanthellae, pemutihan karang dapat menyebabkan kematian karang. Saat ini terumbu karang terancam oleh beberapa dampak dari alam dan antropogenik. Selama 20 tahun terakhir, pemutihan karang masif (hilangnya zooxanthellae yang menjadi inang di dalam karang) telah meningkat secara dramatis, baik dalam frekuensi maupun luas spasialnya.

Dewasa ini, gencar sekali anjuran mengenai penggunaan tabir surya atau sunscreen yang digalakkan oleh para beauty influencer. Tabir surya (sunscreen) menjadi salah satu bagian dari produk perawatan yang tidak boleh dilupakan, terutama bagi wanita. Tabir surya biasanya dipakai sebelum bepergian, beraktivitas di luar ruangan, atau pergi ke pantai dengan anjuran pemakaian minimal 30 menit sebelum terpapar sinar matahari dan dipakai ulang setiap dua jam sekali. Tabir surya dirasa mampu untuk melindungi kulit dari paparan sinar ultra-violet (UV) matahari yang dapat menyebabkan berbagai dampak kurang baik bagi kulit manusia, seperti munculnya bintik-bintik hitam dan kerutan pada wajah hingga kanker kulit, namun ternyata tabir surya ini tidak ramah lingkungan dan bisa menjadi sangat merugikan bagi lingkungan.

Survei yang dilakukan oleh para ilmuwan LIPI, saat ini hanya 6,5% terumbu karang di Indonesia yang kondisinya dapat dikatakan sangat bagus, sedangkan 36% terumbu karang berada dalam kondisi yang buruk. Namun, mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa pencemaran terumbu karang bisa juga diperburuk oleh kandungan zat kimia oxybenzone dan octinoxate, yang sering terdapat dalam produk tabir surya (sunscreen). Berdasarkan sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Archives of Environmental Contamination and Toxicology 2015, oxybenzone dan octinoxate memiliki berbagai dampak negatif bagi terumbu karang seperti tingkat mortalitas pertumbuhan karang, pemutihan karang, serta kerusakan genetika terhadap karang dan organisme lain. Menyadari betapa besarnya dampak kedua zat kimia tersebut bagi kelestarian terumbu karang, salah satu merk produk kecantikan, Nivea, memutuskan untuk menjadi salah satu merek sunscreen yang menolak penggunaan oxybenzone dan octinoxate dalam semua rangkaian produk. Keputusan ini menjadikan Nivea Sun salah satu korporat pertama — mengikuti Hawaiian Reef Bill, yang bertujuan meniadakan penggunaan dua zat kimia tersebut dalam semua produk sunscreen berlaku efektif Januari 2021.

Peneliti Konservasi Kelautan di University of Hawaii, Manoa, Bob Richmond mengungkapkan bahwa zat tabir surya yang berbahaya adalah oxybenzone. Zat tersebut membuat karang bayi menjadi cacat sehingga membuat mereka tidak bisa membentuk koloni baru. Pada karang dewasa, oxybenzone juga dapat merusak kesuburan dan kemampuannya untuk menyerap sinar matahari. Saat berbicara kepada Scidev.net, Richmond menjelaskan efek buruk tabir surya bukan saja menyebar dari penggunaan di laut, melainkan juga di pantai. “Polusi dari senyawa kimia krim tabir surya bisa menjelajah dari satu pantai ke pantai,” ujarnya. Penyebaran dari pantai itu bisa terjadi, terutama pada penggunaan tabir surya berbentuk spray (disemprotkan ke tubuh). Penelitian menunjukkan, tidak sedikit tabir surya semprot yang justru tidak mengenai tubuh. Tabir surya itu jatuh ke pasir dan selanjutnya akan masuk ke laut ketika tersapu oleh ombak.

Saat pengunjung pantai yang mengenakan tabir surya pergi berenang, mereka membawa bahan kimia ini ke laut. Penelitian menunjukkan bahwa terumbu karang di Hawaii terpapar lebih dari 6.000 ton lotion tabir surya setiap tahun. Bahan kimia seperti oxybenzone dan octinoxate juga memasuki ekosistem laut melalui aliran keluar pabrik pengolahan limbah. Karena tidak dirancang untuk menghilangkan polutan lain, polutan biasanya tidak dihilangkan oleh sistem pengolahan air limbah. Sebuah studi yang dipimpin oleh Dr. Craig Downs, dari Haereticus Environmental Laboratory di Virginia tahun 2015, mengatakan bahwa oxybenzone mulai menyebabkan kerusakan serius pada karang pada konsentrasi rendah. Di Hawaii, konsentrasi lebih dari 10 kali lipat dari jumlah itu telah diukur di pantai renang populer yang menampilkan beberapa terumbu karang terindah di pulau itu. Fakta-fakta yang ditemukan antara lain oxybenzone mengubah DNA karang sehingga rentan terhadap pemutihan yang fatal, oxybenzone mengacaukan endokrin yang menyebabkan karang muda membungkus diri mereka dalam kerangka dan akhirnya mati, setetes saja oxybenzone bisa menghancurkan terumbu karang seluas enam setengah kali luas kolam renang olimpiade.

Zooxanthellae pada terumbu karang yang terpapar polusi, radiasi matahari yang tinggi dan diperparah dengan adanya zat seperti oxybenzone dan octinoxate akan mengalami degradasi atau kehilangan pigmen warna (pemutihan karang) yang mengakibatkan alga tidak bisa berfotosintesis lalu berujung pada matinya terumbu karang. Para peneliti dengan hati-hati menyatakan bahwa mereka tidak menyarankan agar masyarakat menghentikan pemakaian tabir surya saat berada di luar ruangan, terlebih lagi di pantai yang memang terbukti bisa mencegah kanker kulit. Namun, peneliti mendesak agar konsumen dapat lebih hati-hati dalam memilih tabir surya yang tidak mengganggu ekosistem laut (reef-safe). Produk berlabel “Protect Land + Sea Certification” menandakan produk tersebut telah diverifikasi bebas dari polutan di lingkungan yang berbeda. Selain itu, peneliti menyarankan untuk memakai pakaian renang yang menutupi tubuh bagian atas sehingga pemakaian tabir surya bisa dikurangi. Jadi, penggunaan tabir surya atau sunscreen tidak dilarang, hanya dianjurkan untuk lebih bijak dalam memilih produk yang mengandung bahan-bahan yang tidak mengganggu kelestarian lingkungan.

--

--

Walah Unnes
Walah Unnes

Written by Walah Unnes

Media Informasi Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM UNNES 2022

No responses yet